Kisah itu berawal dari suatu acara yang diadakan oleh salah satu ekstra kurikuler yang ada di sekolahku, malam itu menjadi malam yang sangat biasa bagi kami karena memamang acara semacam ini sudah tidak asing dilakukan hampir setiap bulan. Malam itu berawal saat azan magrib berkumandang dari Mushalla tempat aku dan teman-temanku biasa menghabiskan waktu entah itu untuk beribadah maupun hana beristirahat sejenak stelah bosan menerima materi pelajaran di kelas. Seusai shalat berjama'ah kami lanjutkan dengan tilawah ayat-ayat suci Al-Qura'n sambil menunggu waktu isya tiba. Malampun berlanjut tanpa ada hal yang berbeda. Sunyi mulai menghampiri suasana di sekitar sekolah ketika malam sudah semakin larut namun 4 orang diantara kami masih terjaga di teras mushalla yang sunyi ditemani seorang guru yang mencoba untuk berbagi cerita bersama kami.
Di sinilah kisah itu berawal, kami mulai brbincang-bincang mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bagaimana membagi waktu antara sekolah dan organisasi (ekstrakulikuler) sampai akhirnya aku yang hanya seorang diri masih duduk di kelas XI ketika itu langsung terkejut dengan pernyataan salah seorang teman yang mengatakan "Gak ada manusia yang bisa sukses didua tempat yang sama". Aku yang baru saja masuk dunia organisasi tentu saja terkejut dengan pernyataan itu, sedikit gamang dengan pernyataan itu secara aku yang baru mengenal dunia organisasi mulai mencintai dunia ini dan sudah menjadikan mushalla ini sebagai rumah keduaku.
Malam semakin larut, bukannya menyudahi perbincangan tersebut aku malah semakin tertarik dengan pernyataan tersebut. Dalam benakku apakah aku melalaikan tanggungjawab bersekolah yang diberikan orang tuaku hanya untuk panggilan hati yang sudah mulai mencintai organisasi ini. Sebagai yang tertua di antara kami pak s (sebut saja begitu) guru kami mulai tertarik dengan perbincangan ini, beliau yang aku harapkan memberikan pencerahan malah memberikan satu pertanyaan lagi pada kami "menurut kalian mana yang lebih baik tau banyak tentang satu hal atau tahu sedikit tentang banyak hal?" tentu kami menjawab "lebih baik tahu banyak tentang satu hal". Pak s pun tersenyum mendengar jawaban kami. Senyum itu tak membantu sedikitpun karen tak ada solusi yang keluar dari mulutnya sampai akhirnya seorang seniorku mangajari satu hal sederhana namun sangat sulit untuk dilakukan. "Manajemen waktu" ya manajemen waktu, kalimat sederhana tapi sungguh susah untuk mengimplementasikannya.
Sungguh menarik pendapat yang dipaparkannya. Waktu menurut temanku ini hanya terbagi menjadi 4 bagian saja yaitu "Urgent | Not Urgent | Important | Not important". 4 waktu inilah yang harus pandai-pandai kamu atur menurutnya. Mendengar kata-kata tersebut keluar dari seorang senior yang doyan bolos dan suka tidur sembarangan di bangku lorong-lorong kelas tentu aku hanya tersenyum mendengarnya. Melihatku tersenyum dia pun ikut tersenyum dan berkata "untung saja kamu senyum, kemarin ada temen yang cuma ngangguk-ngangguk tapi gak dengerin aku pukul tuh anak, hehehehehe.....". Glodak, semua tertawa melihat ekspresiku yang langsung berubah.
Dia pun lanjut memaparkan pendapatnya. Pembagian waktu itu penting, dalam satu minggu paling tidak aku punya jadwal yang sudah aku bagi seperti tadi "Urgent | Not Urgent | Important | Not important". Pertanyaanya bila mana kamu bisa menyatakan hal tersebut urgent dan mana yang important??
bersambung dulu deh ceritanya masih ada yang lebih urgent nih ^_^